abahagus.id – Dalam dunia kepemimpinan, suara keras sering kali disalahpahami. Nada tinggi dianggap sebagai kemarahan, ketegasan disamakan dengan tekanan. Padahal, di balik gaya bicara yang berapi-api, sering tersembunyi niat yang mulia: menanamkan nilai dan tanggung jawab.
Itulah gambaran kepemimpinan Abah Agus—seorang pemimpin yang dikenal tegas, penuh semangat, dan tak pernah lelah membina timnya, bahkan jika itu harus diulang berkali-kali.
🔥 Tegas Bukan Berarti Kasar
Dalam banyak rapat, Abah Agus dikenal menggunakan nada tinggi saat menyampaikan koreksi atau arahan.
Bagi sebagian orang, ini mungkin terasa keras. Namun jika didengarkan baik-baik, justru di situlah letak kesungguhan beliau sebagai pembina.
Beliau sering kali harus meluruskan hal-hal teknis yang berulang salah, memperbaiki dokumen, atau mengingatkan kembali hal-hal mendasar yang semestinya sudah dipahami staf. Tapi meski demikian, beliau tidak menyerah.

“Tidak semua tanaman yang kamu tanam itu, buahnya akan kamu nikmati,” kata Abah Agus suatu hari.
“Bisa saja buahnya jatuh ke jurang, hanyut ke sungai, atau hilang. Maka, perluaslah lahannya. Pilih tempat terbaik untuk menanam.”
Ungkapan itu bukan sekadar perumpamaan—melainkan filsafat kepemimpinan beliau.
Bahwa apa yang ditanam hari ini, mungkin tidak akan langsung menghasilkan. Tapi tetap harus ditanam, dan ditanam dengan benar.
🌱 Menjadi Perfeksionis yang Kesepian
Dengan standar tinggi terhadap pekerjaan dan detail teknis, Abah Agus kadang merasa frustrasi saat staf belum bisa mengimbanginya.
Bahkan Ketua Tim, PPTK, dan pelaksana sering kali harus berkali-kali menerima koreksi dari beliau.
Namun di balik nada keras itu, ada kesabaran yang panjang. Beliau bisa saja marah, tapi tidak pernah meninggalkan. Bisa saja kecewa, tapi tetap membimbing.
“Perfeksionis yang kesepian,” begitulah tim media menyebutnya.
Sebuah julukan yang menggambarkan betapa tidak mudah menjadi pemimpin yang ingin semuanya benar, tapi harus menghadapi kenyataan bahwa tidak semua orang siap mengikuti kecepatan dan ketepatannya.
📚 Kepemimpinan yang Mendidik
Abah Agus bukan tipe pemimpin yang hanya hadir di meja rapat. Ia juga dikenal sering menyisipkan pembelajaran, bahkan nilai-nilai keagamaan, dalam arahannya.
Ia percaya bahwa membentuk manusia lebih penting daripada hanya menyelesaikan pekerjaan.
Bagi beliau, memimpin bukan tentang instruksi—tapi tentang pembinaan.
Tentang mengubah pola pikir, menanamkan rasa tanggung jawab, dan membangun karakter kerja yang kuat.
Pemimpin seperti Abah Agus mungkin tidak mudah dimengerti oleh semua orang. Tapi bagi mereka yang mau belajar, akan menemukan bahwa suara keras beliau adalah suara kasih sayang dalam bentuk lain.
Dan seperti pepatah yang ia ucapkan sendiri:
“Tanamlah dengan niat baik, di tempat yang tepat. Meski bukan kamu yang memetiknya nanti, buah itu tetap akan tumbuh dan memberi manfaat.”
Karena sejatinya, pemimpin bukan hanya mengatur… tapi menanam nilai yang akan tumbuh jauh melampaui masa jabatannya.
🔖 Ditulis oleh Tim Media abahagus.id
#AbahAgus #KepemimpinanBermakna #PerfeksionisYangKesepian #PemimpinPembina #MenanamNilai